Rabu, 08 April 2009

kisah petani dan kendi.

Suatu hari di ladang padi, hiduplah seorang petani miskin. Dia memiliki sebuah kendi yang terbuat dari tanah liat. Kendi tersebut ia dapat dari ayahnya. Kendi itu berukuran sedang yang mampu menampung 600ml air mineral. Kendi itu tertutup rapat oleh tutup gabus untuk botol minuman anggur. Ia tak mengetahui isi kendi tersebut. Yang ia tahu, ia di perbolehkan membuka kendi tersebut di saat ia telah memiliki anak. Kendi itu ia simpan rapat-rapat di bawah tempat tidurnya. Ia tak menginginkan istrinya tahu mengenai ini. Istri petani ini sungguh cantik. namun, ia begitu keras kepala. Sudah 3 tahun petani ini hidup bersama istrinya. Dan mereka masih belum di karuniai seorang anak. Mereka telah berusaha mati-matian untuk memiliki anak. Namun, setiap usaha mereka menemui kegagalan. Suatu hari ketika sang suami pergi keladang. Sang istri secara tak sengaja menemukan kendi tanah liat tersebut di bawah tempat tidurnya. Sang istri kaget atas apa yang ia temukan dan ia menyimpannya untuk meminta penjelasan dari sang suami ketika ia pulang. Hari menjelang senja. Sang suami pun kembali pulang ke rumah. Setelah beberapa menit istirahat. Tiba-tiba, sang istri datang dengan membawa kendi tanah liat itu di tangannya kearah suaminya yang baru pulang . suami kaget dengan apa yang di pegang istrinya.
“apa yang kau pegang istriku?”Tanya suami seolah-olah tidak tahu tentang kendi tersebut.
”bukankah seharusnya kau tahu ini adalah kendi?” jawab istrinya.
“bukan istriku, maksudku, punya siapa itu?”
“mana tahu aku, aku menemukannya di bawah tempat tidur kita. Punya kau kah suamiku?”
“bukan punyaku. Aku tidak pernah membeli atau pun memilikinya. Lebih baik serahkan padaku agar aku dapat membuangnya.”ia berbohong.
“tidak mau. Sebaiknya kita bongkar saja. Siapa tahu ada uang didalamnya.” Istrinya menolak.

Beberapa saat kemudian setelah beradu argument si istri tetep teguh pada pendiriannya. Dan ia pun mengayunkan tangannya untuk membanting kendi tersebut agar pecah. “hentikan!” suara suaminya yang keras menghentikan aksi istrinya dan sang suami mengakui bahwa kendi itu miliknya. Sang suami menceritakan alasan mengapa dirinya menyembunyikan kendi itu kepada sang istri. Ia tak ingin menyianyiakan amanat dari ayahnya dengan membiarkan istrinya membuka kendi tersebut. Tetapi, sang istri tetap tak mengerti dan ia mengatakan bahwa di dalamnya ada uang. Kebetulan kondisi keuangan mereka sedang dalam tahap krisis. Ia menyerah dan membiarkan istrinya membuka kendi itu. Ia berharap pula di dalam kendi itu ada uang guna menyambung hidupnya. “prang!” pecahan kendi berhamburan di lantai. Mereka kecewa atas apa yang mereka lihat. Hanyalah secarik kertas yang mereka lihat bersama pecahan kendi di lantai. Uang yang mereka harapkan hanya berada di imajinasi mereka. Mereka kecewa namun, mereka berharap kepada kertas tersebut dapat membantu mereka. Saat kertas itu selesai mereka baca. Mereka tersentak kaget dan saling berpelukan. Tetesan air mata menetes dari mereka berdua. Mereka seolah menyadari sesuatu setelah apa yang mereka baca di secarik kertas usang tersebut. “ayah aku berjanji” kalimat itu keluar dari mulut petani miskin itu. Hal yang dapat membuatnya dapat berkata demikian adalah secarik kertaas yang bertuliskan “JANGAN PERNAH MENYIA-NYIAKAN AMANAH YANG KAU EMBAN, JAGALAH ANAKMU JANGAN SAMPAI IA AKAN BERNASUB SAMA DENGAN KENDI INI. BERJANJILAH KAU AKAN SELALU MENJAGA AMANAH YANG KAU EMBAN. AKU TAHU KEJUJURAN DALAM MENJAGA AMANAH ADALAH MODAL PENTING MERAIH KESUKSESAN.-AYAHMU-. Sang suami benar-benar memegang janjinya dan sang istri tak lagi keras kepala. Sekarang ia telah menjadi istri tarbaik yang dimiliki suaminya. Setahun kemudian mereka di karuniai seorang anak dan hidup 
 

Tidak ada komentar: